Rasullullah menganjurkan umat islam selalau berbuat baik terhadap orang lain dan mahluk yang lain. Hal ini menjadi parameter bagaimana menjadi mukmin yang sebenarnya. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfataannya pada yang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya menjadi parasit buat yang lainnya.
Hal tersebut sebagaimana
yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW
Artinya : “Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat
Bagi Orang Lain”
Pada hakekatnya Setiap
perbuatan seseorang maka perbuatan tersebut akan kembali kepada orang yang
berbuat. Seperti kita Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya
akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga sebaliknya.
Tentu saja
manfaat dalam hadits ini sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar
manfaat materi, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau
kekayaan dengan jumlah tertentu kepada orang lain. Manfaat yang bisa diberikan
kepada orang lain bisa berupa :
1. Kemanfaatan
ilmu, Baik ilmu agama maupun
ilmu umum/dunia.
Manusia bisa
memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu
ilmu agama maupun ilmu umum. Bahkan, seseorang yang memiliki ilmu agama
kemudian diajarkannya kepada orang lain dan membawa kemanfaatan bagi orang
tersebut dengan datangnya hidayah kepada-Nya, maka ini adalah keberuntungan
yang sangat besar, lebih besar dari unta merah yang menjadi simbol kekayaan
orang Arab.
Ilmu umum yang diajarkan kepada orang lain
juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih jika dengan ilmu itu
orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan life skill
itu ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi keluarganya, lalu
nafkah itu juga anaknya bisa sekolah, dari sekolahnya si anak bisa bekerja,
menghidupi keluarganya, dan seterusnya, maka ilmu itu menjadi pahala jariyah
baginya.“Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu
yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim)
2. Kemanfaatan Materi (Harta/Kekayaan)
Manusia juga bisa
memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya.
Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah
itu disebut infaq. Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut
shodaqah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada
orang lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah yang pemberian
kepada orang yang paling membutuhkan.
3.
kemanfaatan Tenaga/Keahlian
Bentuk
kemanfaatan berikutnya adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan
kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Misalnya jika ada perbaikan
jalan kampung, kita bias memberikan kemanfaatan dengan ikut bergotong royong.
Ketika ada pembangunan masjid kita bisa membantu dengan tenaga kita juga. Saat
ada tetangga yang kesulitan dengan masalah kelistrikan sementara kita memiliki
keahlian dalam hal itu, kita juga bisa membantunya dan memberikan kemanfaatan dengan
keahlian kita.
Sikap yang baik
kepada sesama juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung
ataupun tidak langsung. Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain
sebagai shadaqah karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap
baik kita, kita telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif.
Semakin banyak
seseorang memberikan kelima hal di atas kepada orang lain -tentunya orang yang
tepat- maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya bagi orang lain. Semakin
tinggi kemanfaatan seseorang kepada orang lain, maka ia semakin tinggi
posisinya sebagai manusia menuju “manusia terbaik”.
Semoga
bermanfaat.Sumber : www.duniaislam.org





Posting Komentar